Sabtu, 03 November 2012

Ketika sekantung berlian itu hanya menjadi sekantung kepalsuan

Sore ini aku bermimpi……
Mimpi yang seharusnya menjadi solusi akhir dari semua penderitaanku selama ini….
Ini antara aku, kamu, perasaanku, perasaanmu dan Ibumu….
Semuanya berawal dari pertemuan aku, ibumu dan bapak tirimu...

Pada awal mulanya, ingin rasanya kuluapkan semua keluh kesah, kemarahan dan kekecewaan atas apa yang telah kamu lakukan padaku, pada hatiku, dan pada kepercayaanku. Tapi kasih seorang ibu yang ada dipelukan ibumu mampu meredam semua gejolak hatiku. Bahkan mampu membuat aku tertidur dalam kehangatan belaian kasih ibumu. Itulah mukjijat seorang ibu yang sangat aku hormati dan bahkan kuanggap melebihi penghargaan daripada sekantung berlian.....ya berlian..barang yang bisa membuat orang lupa akan dirinya.....
Tapi ternyata semua itu palsu!. Kasih sayang itu juga palsu!yang benar hanyalah ada secerca rasa hormatku pada ibumu meski semuanya berakhir dengan kekecewaanku yang lebih dalam lagi dari sebelumnya. Ketika kulelap dalam pangkuannya, ibumu mencampakanku dan aku terbangun serta sayup-sayup kudengar dengan jelas suara ibumu yang menertawakan semua kebodohanku. Atau bahkan lebih tepatnya menghina rasa hormatku pada dirinya sendiri. Mendidih amarahku yang akhirnya membuncah lagi menggetarkan dunia. Serta merta aku hanya bisa bertepuk tangan melihat kemenangan ibumu yang akhirnya terkaget sendirinya yang sedang menghubungi kamu. Ku rebut HP dalam genggaman ibumu tapi tiba-tiba bapak tirimu datang dari arah tak terduga mencoba untuk merebut kembali barang itu dari tanganku tapi dia tak mendapatkan hasil apa-apa, sampai semuanya berlangsung begitu dramatis. Yang akhirnya kamu muncul dihadapanku untuk pertama kalinya sejak kamu meninggalkanku.
Kucoba menarik ibumu dari kerumunan ini, dan kuberi tanda bahwa tak boleh seorangpun mendekati kami, karena ini tidak hanya terjadi antara kamu dan aku saja tetapi sudah terjadi antara aku, ibumu, rasa hormatku dan kasih ibu!!!!. Kucoba membiarkan ibumu duduk di kursi dan ku bersujud dikaki ibumu sambil ku selalu mengumandangkan semua tanda tanya :
“ Mengapa Ibu tega melakukan ini ???”””...
” Mengapa ibu memberikan aku hidup dengan sekantung kepalsuan???”””
” Mengapa Ibu tak menghargai rasa hormatku padamu???’’’
Tapi tak pernah ada jawaban yang bisa memuaskan semua pertanyaanku dari mulut ibumu. Yang ada hanya air mata berlinangan, yang ada hanya keterdiaman ibumu serta hanya ada sepenggal ucapan ibumu ” berlian..berlian...berlian...berlian...berlian.....” seolah ingin mengingatkanku bahwa apapun yang terjadi dia tetap berlian bagiku, tetap berharga bagiku meski semuanya berubah bukan lagi sekantung berlian melainkan menjadi sekantung kepalsuan.
Akhirnya kesempatan itu datang, kesempatan untuk mencoba membuncahkan semua keluh kesahku, kekesalanku, kemarahanku, kekecewaanku dangan nada yang begitu tinggi setinggi jeritan hati sambil kutunjuk dirimu yang menjadi awal mula permasalahannya. Semua nyaris diam melihat diriku mengguncang dunia, ya dunia kepalsuan yang kesemuanya hanya diwarnai hanya dengan air mata ibumu yang menganak sungai tak tertahankan lagi seolah ingin membanjiri dunia ini terlepas benar apa tidaknya air mata itu. Bukan lagi kepalsuan yang baru-baru ini membodohi semua ke ihlasanku. Semuanya diam dengan perasaannya masing-masing. Ini bahkan membuat hatiku semakin pedih. Kucoba lagi untuk meluahkan semua pertanyaan hatiku, namun ibumu hanya berusaha menyodorkanku sebuah undangan bersampul biru. Namun semua itu tak bisa kupedulikan lagi meski pada dasarnya aku bisa memahami maksud semua itu.
Terguncangnya duniaku buyar ketika begitu banyak orang mengerumuniku dan menaruh simpati atas semua kepedihan dan penderitaanku yang meski pada akhirnya semua itu malah membuat semua pertanyaanku menggantung tanpa jawaban.....seberapa besarpun rasa marahku pada ibumu tetap saja aura seorang ibu bisa menetralisirnya dengan ayunan langkahku meninggalkan kalian yang telah tidak hanya menyakiti hatiku yang tulus tapi lebih dari itu pada semua rasa hormat ini pada seorang ibu. Mungkin aku kecewa karena kamu telah meninggalkanku tidak seberapa besar tapi kecewa karena dikhianati oleh kasih seorang ibu itu jauh lebih menyakitkan. Meski ibumu diam tanpa kata, kutahu hati kecilnya mencoba memanggil-manggil namaku, namun hatiku terlanjur sakit bahkan melebihi sakit dari sebelumnya. Aku hanya bisa berguman dalam hati, maaf Bu, aku harus pergi membawa rasa sakit ini untuk mencoba lagi mencari kasih ibu yang sejati bukan hanya cinta yang sejati......
Ketika ku melangkah untuk mengarungi dunia kepalsuan ini yang telah membuat hatiku hancur tak bersisa oleh cinta palsu, oleh kasih palsu, ada sepasang lengan yang mencoba meraih pundakku seolah ingin memberi dukungan pada sikapku, pada hatiku dan lebih dari itu dia menawarkan lebih jauh sepotong hatinya yang lebih bersih dari kepalsuan itu tanpa kemunafikan untuk mencoba merajut hati ini kembali meski tak akan pernah sempurna lagi seperti dulu.............................
Aku hanya bisa tersenyum sambil bersua : ” maafkan aku melakukan semua kebodohan ini ”...dia hanya menggeleng seolah menyangkal semua itu. Dia hanya bisa berucap ” kamu telah belajar tentang hidup yang sebenarnya dan aku pun ingin mencoba masuk dalam hidupmu yang nyata itu....tidak seperti hidup mereka.....yang akhirnya hanya bisa keberucap..terima kasih tuhan kau telah berikan aku hidup yang nyata tanpa ada kepalsuan dan kemunafikan dalam hati ini..terima kasih tuhan... 

Namun pada akhirnya semua itu tetap kusesali karena itu semua hanya mimpi yang entah sampai kapan bisa terjadi yang bisa mengakhiri semua penderitaan ini meski pada ujungnya hanya kata maaf yang bisa kuungkapkan jika dalam kata ini ada hati yang merasa tersakiti. Ketika kuterbangun semuanya masih saja seperti kemarin dan kemarin, seprti sebelum aku menutup mata meski hanya sesaat tanpa bisa ku berharap kapan niat baikmu menghampiriku lagi. Bukan untuk meminta hatimu lagi ataupun cintamu lagi.....tapi aku hanya meminta semua alasanmu melakukan itu? Ya pertanyaan itu akan selalu mengelayut dalam setiap langkahku.........

Ku Berharap, biarkanlah terjadi :
- Tak pernah hilang rasa hormat seorang anak pada ibunya sendiri
- Beri waktu untuk kuluahkan semua pertanyaan-pertanyan hatiku.??
- Benar – benar ada hati yang tulus yang siap menyambut hatiku
- Hidup dalam dunia nyata bukan dalam dunia kepalsuan dan kemunafikan...
Kutak berharap ini terjadi :
- Kasih ibu itu palsu
- Kemarahan bebas besuka cita dalam linangan ir mata seorang ibu
- Kemunafikan dan kepalsuan pada kasih seorang ibu
- Aku bermimpi seperti itu lagi..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar