Penggunaan Media
Pembelajaran
Definisi Media Pembelajaran
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak
dari “medium”, yang berasal dan
Bahasa Latin “medius” yang berarti
tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai
“antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu
yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan)
dan penerima pesan.
Santoso (dalam Subana dan Sunarti: tanpa judul: 287),
mengemukakan beberpa pengertian media berikut ini.
1. Secara umum, media adalah
semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai pnyebar ide/ gagasan sehingga
ide/ gagasan itu sampai pada penerima.
2. Medium yang paling utama dalam
komunikasi sosial manusia ialah bahasa.
3. Media pendidikan adalah media
yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dimaksudkan
untuk mempertinggimutu mengajar dan belajar.
4. Perbedaan istilah media
pendidikan dengan teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep
tentang media.
Istilah media mula-mula
dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan
Berikut ini beberapa pendapat
para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu:
1. Menurut Gagne (dalam Subana dan
Sunarti, tanpa tahun: 289) media adalah salah satu komponen dari suatu sistem
pnyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi, sperti
buku, modul, komputer, slide, tepe recorder.
2. Menurut Bertz (dalam Subana
dan Sunarti, tanpa tahun: 289) media seagai perantara yang menghubungkan semua
pihak yang membutuhkan.
3. Menurut Geralch dan Ely (dalam
Subana dan Sunarti, tanpa tahun: 289) media pendidikan adalah grafik,
fotografi, elektronik atau alat-alat mekanik yang digunakan untuk menyajikan,
memproses,dan menjelaskan informasi lisan.
4. Media sebagai segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan,
sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta
perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung
dengan efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk.,
2002:6)
5. Alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan
isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video
kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik,
televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan
bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang
digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi
komunikasi edukatif antara guru dan peserta didik dapat berlangsung secara
efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
dicita-citakan.
Manfaat Penggunaan
Media Pembelajaran
Menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat
mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) objek yang
terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) objek
yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang
terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed
photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat
ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang
terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram,
dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa
bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar,
dan lain-lain.
Pemanfaatan media pembelajaran
dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara
sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses
belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1)
pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media
pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan
pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas,
(2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a)
pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada
pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dan pembuat atau
pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola
tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam
serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi
target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu
hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan
media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media
secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja),
dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2-8 orang)
maupun kelompok besar (9-40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara
massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan,
ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan
pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam
memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalam proses belajar mengajar harus
memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai,
(2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik
peserta didik yang belajar. Karakteristik peserta didik yang belajar yang
dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa
peserta didik, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus
disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki
peserta didik sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami isi materi yang
disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah
peserta didik. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah
peserta didik yang belajar.
Bahan Pertimbangan dalam Memilih Media Pemebelajaran
Peranan media pembelajaran
sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Demikian banyak bentuk dan macam
media pembelajaran, akan tetapi yang terpenting adalah pemilihan bentuk dan
macam media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana di tempat terjadinya proses
pembelajaran tersebut.
Arief,
(dalam Mulyasa, 2009: 175) menyatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan
dalam memilih media pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, akronim dari access, cost, technology, interactivity
organization, dan novelty.
a. Access
Kemudahan akses menjadi
pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu
tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik? Misalnya, kita ingin
menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada
saluran untuk koneksi ke internet, adakah jeringan teleponnya? Akses juga
menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah peserta didik diizinkan untuk
menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah
saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru atau karyawan dan
peserta didik. Bahkan peserta didik
lebih penting untuk memperoleh akses.
b. Cost
Biaya
juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat manjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih
biasanya mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab
semakin banyak yang menggunakan, maka
unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.
c. Technology
Mungkin kita tertarik pada
suatu media tertentu. Akan tetapi, kita perlu memerhatikan apakah teknisnya
tersedia dan mudah menggunakannya. Misalnya, kita akan menggunakan media audio
visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah tersedia aliran
listriknya, voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara
mengoperasikannya.
d. Interactivity
Media yang baik hendaknya
dapat memunculkan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa atau
interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru
tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e. Organization
Pertimbangan yang penting adalah
dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan
mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana
yang disebut pusat sumber belajar?
f. Novelty
Kebaruan dari media yang akan
dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Biasanya media yang baru lebih baik
dan menarik bagi peserta didik.
Dari beberapa pertimbangan di
atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan
dan mengembangkan media pembelajaran yang ” mudah dan murah”, dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan
ide dan kreativitas yang dimilikinya.
Menurut Rumampuk (1988:19)
bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah (1) harus diketahui dengan jelas
media itu dipilih untuk tujuan apa, (2) pemilihan media harus secara objektif,
bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan
atau hiburan. Pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan
untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (3) tidak ada satu pun media
dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan
kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya
dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan
pengajaran tertentu, (4) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode
mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral
dalam proses belajar mengajar, (5) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru
hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media, dan (6) pemilihan media
hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.
Sedangkan Ibrahim (1991:24)
menyatakan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih media
pembelajaran, antara lain (1) sebelum memilih media pembelajaran, guru harus
menyadari bahwa tidak ada satupun media yang paling baik untuk mencapai semua
tujuan. masing-masing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. Penggunaan
berbagai macam media pembelaiaran yang disusun secara serasi dalam proses
belajar mengajar akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, (2)
pemilihan media hendaknya dilakukan secara objektif, artinya benar-benar
digunakan dengan dasar pertimbangan efektivitas belajar peserta didik, bukan
karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan, (3) pernilihan media
hendaknya memperhatikan syarat-syarat (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai, (b) ketersediaan bahan media, (c) biaya pengadaan, dan (d)
kualitas atau mutu teknik.
Berdasarkan beberapa pendapat
di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran
adalah (1) media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran,
metode mengajar yang digunakan serta karakteristik peserta didik yang belajar
(tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar), (2)
untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dann
kelemahan serta keunggulan dari tiap tiap media pembelajaran, (3) pemilihan
media pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik yang belajar, artinya
pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar peserta didik, (4)
pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan
media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat peserta didik belajar.
Berdasarkan kesimpulan di
atas, dapat diturunkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penggunaan media dalam
kegiatan pembelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar dalam kegiatan
pemilihan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai, (2) karakteristik peserta didik atau sasaran, (3) jenis
rangsangan belajar yang diinginkan, (4) keadaan latar atau lingkungan, (5)
kondisi setempat, dan (6) luasnya jangkauan yang ingin dilayani (Sadiman
2002:82).
Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak
jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana dan murah hingga yang canggih
dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi
pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan
ada yang sengaja dirancang.
Berbagai sudut pandang untuk
menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz (1971)
menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak), di
antaranya: 1.Media audio, 2.Media cetak, 3.Media visual diam, 4. Media visual
gerak, 5. Media audio semi gerak, 6. Media visual semi gerak, 7. Media audio
visual diam, 8. Media audio visual gerak.
Anderson (1976) menggolongkan
menjadi 10 media:
1. Audio :
Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2.
Cetak : Buku pelajaran, modul, brosur,
leaflet, gambar
3.
Audio-cetak : Kaset audio yang dilengkapi bahan
tertulis
4. Proyeksi visual diam : Overhead transparansi (OHT),
film bingkai (slide)
5. Proyeksi audio visual dia
: Film bingkai slide bersuara
6. Visual
gerak
: Film bisu
7. Audio visual
gerak
: Film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8. Obyek fisik
: Benda nyata, model, spesimen
9. Manusia dan lingkungan : Guru, pustakawan, laboran
10. Komputer
: CAI
Schramm (1985) menggolongkan
media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV,
Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu
menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya
luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan
/ kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan /
buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan
media di antaranya: 1. Media yang tidak diproyeksikan, 2. Media yang
diproyeksikan, 3. Media audio, 4. Media video, 5. Media berbasis komputer, dan 6.
Multi media kit.
Dari segi perkembangan
teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua kategori luas,
yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir (Seels
& Glasgow dalam Arsyad, 2002:33). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pilihan
media tradisional dapat dibedakan menjadi (1) visual diam yang diproyeksikan,
misal proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan
filmstrips, (2) visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto,
charts, grafik, diagram, pemaran, papan info, (3) penyajian multimedia, misal
slide plus suara (tape), multi-image, (4) visual dinamis yang diproyeksikan,
misal film, televisi, video, (5) cetak, misal buku teks, modul, teks
terprogram, workbook, majalah ilmiah/ berkala, lembaran lepas (hand-out),
(6) permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan, dan (7) realia,
misal model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka). Sedangkan pilihan
media teknologi mutakhir dibedakan menjadi (1) media berbasis telekomunikasi,
misal teleconference,
Masalah-Masalah Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran
Dalam berbagai hasil
penelitian dan tulisan mensinyalir ada sekitar 70 s.d. 90% guru dalam
pemanfaatan kemajuan teknologi pembelajaran dalam proses pembelajaran dan
kegiatan lain dianggap masih gaptek (gagap teknologi). Jika kondisi ini benar
demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, betapa tidak, sebab di
tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang
studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun
menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan
manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
Menurut
Ari Kristianawati (Sinarharapan, 29 April 2008), para guru tidak hanya gagap
dalam beradaptasi denagan kemajuan ilmu pengetahuan, mereka juga terjebak dalam
kebiasaan menjadi robot kurikulum pendidikan, sehingga prakarsa dan inisiatif
para guru untuk belajar menggali metode, bahan ajar dan pola relasi belajar
mengajar yang baru sangat minimalis. Rendahnya mutu atau kapabilitas guru di
Indonesia, disebabkan pertama, faktor strutural, selama orba guru dijadikan
bemper politik Golkar, agen pemenangan melalui Korpri dan PGRI. Kedua, kuatnya
politik pendidikan, mengontrol arah dan sistem pendidikan membaut aparat guru
seperti robot yang dipenjara melalui tugas-tugas kedinasan yang stagnan.
Ketiga, rendahnya tingkat kesejahteraan guru, ini membuat mereka tidak bisa
optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, dan selalu mengurusi keluarga.
Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pemanfaatan TIK adalah adanya kendala
internal, seperti kesibukan jam mengajar diberbagai tempat, maupun kendala
eksternal seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihan sendiri.
Kendala internal dan eksternal tersebut sebenarnya hanyalah sebuah ”pembenaran”
untuk tidak melakukan hal-hal yang dibutuhkan. Artinya, berpatokan pada
peribahasa ”dimana ada kemauan di sana ada jalan” kita memang harus mempersiapkan
diri menyongsong era baru dalam berkomunikasi dengan berbagai informasi yang
ada.
Masalah
yang sering ditemui di lapangan atau di sekolah, mengapa sampai saat ini masih
ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar. Berdasarkan pengalaman,
pengamatan dan diskusi dalam berbagai kesempatan dengan para guru, Sutjiono(
2009), mengungkapkan ada tujuh alasan guru tidak menggunakan media
pembelajaran, yaitu: menggunkan media itu repot, media itu canggih dan mahal,
tidak bisa, media itu hiburan, kebiasaan
menikmati ceramah, dan kurangnya penghargaan dari atasan).
1. Menggunakan media itu repot
Mengajar dengan menggunakan
media perlu persiapan. Apalagi kalau media itu semacam OHP, audio visual, vcd, slide projector, atau internet, perlu
listrik. Guru sudah sangat repot dengan menulis persiapan mengajar, jadwal
pelajaran yang padat, jumlah kelas paralel yang sedikit, masalah keluarga di
rumah dan lain-lain. Inilah beberapa alasan yang dikemukan para guru. Padahal,
kalau guru mau berpikir dari aspek lain, bahwa dengan media pembelajaran akan
lebih efektif, maka tidak ada alasan repot, tetapi akan mendapatkan hasil
optimal. Media pembelajaran juga relatif awet, artinya sekali menyiapkan bahan
pembelajaran, dapat dipakai beberapa kali penyajian.
2. Media itu canggih dan mahal
Tidak selalu media itu harus
canggih dan mahal. Nilai penting dari sebuah media pembelajaran bukan terletak
pada kecanggihannya (apalagi harga yang mahal) Namur pada efektifitas dan
efisiensi dalam membantu proses pembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat
dikembangkan oleh guru dengan harga murah. Kalaupun dibutuhkan media canggih
semacam audio visual atau multi media, maka “cost-nya” akan menjadi murah apabila dapat digunakan oleh banyak
peserta didik dan beberapa guru.
3. Tidak bisa
Demam teknologi ternyata menyerang
sebagian guru-guru di Indonesia. Ada beberapa guru yang ”takut” dengan
peralatan elektronik, takut terkena setrum, takut korsleting, takut salah
pijit, dan sebagainya.
4. Media itu hiburan (membuat
peserta didik main-main, tidak serius)
Media itu hiburan, sedangkan
belajar itu serius. Alasan ini sudah jarang ditemui di sekolah, namun tetap
ada. Menurut
pendapat orang-orang terdahulu belajar itu harus dengan serius. Belajar itu
harus mengerutkan dahi. Media pembelajaran itu identik dengan hiburan. Hiburan
itu hal yang berbeda dengan belajar. Tidak mungkin belajar sambil santai. Ini
memang pendapat orang-orang zaman dahulu. Paradigma belajar kini sudah berubah,
kalau bisa belajar dengan menyenangkan, mengapa harus dengan menderita. Kalau
dapat dilakukan dengan mudah, kenapa harus dipersulit.
5. Tidak tersedia
Tidak tersedia media
pembelajaran di sekolah, mungkin ini adalah alasan yang masuk akal. Tetapi,
seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Ia adalah seorang profesional
yang harus kreatif, inovatif, dan banyak inisiatif. Media pembelajaran tidak
harus canggih, namun juga dapat dikembangkan sendiri oleh guru. Dalam hal ini
pimpinan sekolah hendaknya cepat tanggap. Jangan sampai suasana kelas menjadi gersang,
di kelas hanya ada papan tulis dan kapur.
6. Kebiasan menikmati ceramah atau
bicara
Metode mengajar dengan ceramah
adalah hal yang enak. Berbicara itu memang nikmat. Inilah kebiasaan yang sulit
dirubah. Seorang guru cenderung mengulang cara-cara gurunya terdahulu. Mengajar
dengan mengandalkan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan mengajar
yang banyak, jadi lebih enak untuk guru, tetapi tidak enak untuk peserta didik.
Hal yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah kepentingan siswa yang
belajar, bukan kepuasan guru semata.
7. Kurangnya penghargaan dari atasan
Kurangnya penghargaan dari atasan, mungkin
adalah alasan yang masuk akal. Sering terjadi bahwa guru yang mengajar dengan
media pembelajaran yang dipersiapkan secara baik, kurang mendapat penghargaan
dari pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan. Tidak adanya reward bagi guru sering menjadikannya ”malas”. Selama ini tidak
ada perbedaan perlakuan bagi guru yang menggunakan media pembelajaran dengan
guru yang mengajar dengan tidak menggunakan media pembelajaran (metode ceramah
atau bicara saja). Sebetulnya bentuk penghargaan tidak harus bentuk materi,
tetapi dapat dengan bentuk pujian atau bentuk lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar