Minggu, 18 November 2012


Penggunaan Media Pembelajaran

       Definisi Media Pembelajaran
Secara etimologi, kata “media” merupakan bentuk jamak dari “medium”, yang berasal dan Bahasa Latin “medius” yang berarti tengah. Sedangkan dalam Bahasa Indonesia, kata “medium” dapat diartikan sebagai “antara” atau “sedang” sehingga pengertian media dapat mengarah pada sesuatu yang mengantar atau meneruskan informasi (pesan) antara sumber (pemberi pesan) dan penerima pesan.
Santoso (dalam Subana dan Sunarti: tanpa judul: 287), mengemukakan beberpa pengertian media berikut ini.
1.      Secara umum, media adalah semua bentuk perantara yang dipakai orang sebagai pnyebar ide/ gagasan sehingga ide/ gagasan itu sampai pada penerima.
2.      Medium yang paling utama dalam komunikasi sosial manusia ialah bahasa.
3.      Media pendidikan adalah media yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pengajaran dimaksudkan untuk mempertinggimutu mengajar dan belajar.
4.      Perbedaan istilah media pendidikan dengan teknologi pendidikan adalah teknologi merupakan perluasan konsep tentang media.
Istilah media mula-mula dikenal dengan alat peraga, kemudian dikenal dengan

Berikut ini beberapa pendapat para ahli komunikasi atau ahli bahasa tentang pengertian media yaitu:
1.    Menurut Gagne (dalam Subana dan Sunarti, tanpa tahun: 289) media adalah salah satu komponen dari suatu sistem pnyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada komunikasi, sperti buku, modul, komputer, slide, tepe recorder.
2.     Menurut Bertz (dalam Subana dan Sunarti, tanpa tahun: 289) media seagai perantara yang menghubungkan semua pihak yang membutuhkan.
3.     Menurut Geralch dan Ely (dalam Subana dan Sunarti, tanpa tahun: 289) media pendidikan adalah grafik, fotografi, elektronik atau alat-alat mekanik yang digunakan untuk menyajikan, memproses,dan menjelaskan informasi lisan.
4.     Media sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan pengirim pesan kepada penerima pesan, sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa, sehingga proses belajar mengajar berlangsung dengan efektif dan efisien sesuai dengan yang diharapkan (Sadiman, dkk., 2002:6)
5.     Alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi, yang terdiri antara lain buku, tape-recorder, kaset, video kamera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, dan komputer (Gagne dan Briggs dalam Arsyad, 2002:4)
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah bahan, alat, maupun metode atau teknik yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan peserta didik dapat berlangsung secara efektif dan efesien sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah dicita-citakan.

 Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran
Menurut Sadiman, dkk. (2002:16), media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misalnya (1) objek yang terlalu besar bisa digantikan dengan realita, gambar, film, atau model, (2) objek yang kecil bisa dibantu dengan menggunakan proyektor, gambar, (3) gerak yang terlalu cepat dapat dibantu dengan timelapse atau high-speed photography, (4) kejadian atau peristiwa di masa lampau dapat ditampilkan dengan pemutaran film, video, foto, maupun VCD, (5) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain, dan (6) konsep yang terlalu luas (misalnya gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, gambar, dan lain-lain.
Pemanfaatan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar perlu direncanakan dan dirancang secara sistematik agar media pembelajaran itu efektif untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa pola pemanfaatan media pembelajaran, yaitu (1) pemanfaatan media dalam situasi kelas atau di dalam kelas, yaitu media pembelajaran dimanfaatkan untuk menunjang tercapainya tujuan tertentu dan pemanfaatannya dipadukan dengan proses belajar mengajar dalam situasi kelas, (2) pemanfaatan media di luar situasi kelas atau di luar kelas, meliputi (a) pemanfaatan secara bebas yaitu media yang digunakan tidak diharuskan kepada pemakai tertentu dan tidak ada kontrol dan pengawasan dan pembuat atau pengelola media, serta pemakai tidak dikelola dengan prosedur dan pola tertentu, dan (b) pemanfaatan secara terkontrol yaitu media itu digunakan dalam serangkaian kegiatan yang diatur secara sistematik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan untuk dipakai oleh sasaran pemakai (populasi target) tertentu dengan mengikuti pola dan prosedur pembelajaran tertentu hingga mereka dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut, (3) pemanfaatan media secara perorangan, kelompok atau massal, meliputi (a) pemanfaatan media secara perorangan, yaitu penggunaan media oleh seorang saja (sendirian saja), dan (b) pemanfaatan media secara kelompok, baik kelompok kecil (2-8 orang) maupun kelompok besar (9-40 orang), (4) media dapat juga digunakan secara massal, artinya media dapat digunakan oleh orang yang jumlahnya puluhan, ratusan bahkan ribuan secara bersama-sama.
Berdasarkan pendapat tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa seorang guru dalam memanfaatkan suatu media untuk digunakan dalam proses belajar mengajar harus memperhatikan beberapa hal, yaitu (1) tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (2) isi materi pelajaran, (3) strategi belajar mengajar yang digunakan, (4) karakteristik peserta didik yang belajar. Karakteristik peserta didik yang belajar yang dimaksud adalah tingkat pengetahuan siswa terhadap media yang digunakan, bahasa peserta didik, artinya isi pesan yang disampaikan melalui media harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan berbahasa atau kosakata yang dimiliki peserta didik sehingga memudahkan peserta didik dalam memahami isi materi yang disampaikan melalui media. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan jumlah peserta didik. Artinya media yang digunakan hendaknya disesuaikan dengan jumlah peserta didik yang belajar.

 Bahan Pertimbangan dalam Memilih Media Pemebelajaran
            Peranan media pembelajaran sangatlah penting dalam proses pembelajaran. Demikian banyak bentuk dan macam media pembelajaran, akan tetapi yang terpenting adalah pemilihan bentuk dan macam media pembelajaran disesuaikan dengan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana di tempat terjadinya proses pembelajaran tersebut.
            Arief, (dalam Mulyasa, 2009: 175) menyatakan bahwa terdapat sejumlah pertimbangan dalam memilih media pembelajaran yang dapat dirumuskan dalam satu kata ACTION, akronim dari access, cost, technology, interactivity organization, dan novelty.
a. Access
            Kemudahan akses menjadi pertimbangan pertama dalam memilih media. Apakah media yang diperlukan itu tersedia, mudah dan dapat dimanfaatkan oleh peserta didik? Misalnya, kita ingin menggunakan media internet, perlu dipertimbangkan terlebih dahulu, apakah ada saluran untuk koneksi ke internet, adakah jeringan teleponnya? Akses juga menyangkut aspek kebijakan, misalnya apakah peserta didik diizinkan untuk menggunakan komputer yang terhubung ke internet? Jangan hanya kepala sekolah saja yang boleh menggunakan internet, tetapi juga guru atau karyawan dan peserta didik. Bahkan  peserta didik lebih penting untuk memperoleh akses.

b. Cost
            Biaya juga harus menjadi bahan pertimbangan. Banyak jenis media yang dapat manjadi pilihan kita. Media pembelajaran yang canggih biasanya mahal. Namun biaya itu harus kita hitung dengan aspek manfaat. Sebab semakin banyak yang menggunakan, maka unit cost dari sebuah media akan semakin menurun.

c. Technology
            Mungkin kita tertarik pada suatu media tertentu. Akan tetapi, kita perlu memerhatikan apakah teknisnya tersedia dan mudah menggunakannya. Misalnya, kita akan menggunakan media audio visual untuk di kelas, perlu kita pertimbangkan, apakah tersedia aliran listriknya, voltase listriknya cukup dan sesuai, bagaimana cara mengoperasikannya.

d. Interactivity
Media yang baik hendaknya dapat memunculkan komunikasi dua arah antara guru dengan siswa atau interaktivitas. Semua kegiatan pembelajaran yang akan dikembangkan oleh guru tentu saja memerlukan media yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
e. Organization
            Pertimbangan yang penting adalah dukungan organisasi. Misalnya, apakah pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan mendukung? Bagaimana pengorganisasiannya? Apakah di sekolah tersedia sarana yang disebut pusat sumber belajar?

f. Novelty
            Kebaruan dari media yang akan dipilih juga harus menjadi pertimbangan. Biasanya media yang baru lebih baik dan menarik bagi peserta didik.
            Dari beberapa pertimbangan di atas, yang terpenting adalah adanya perubahan sikap guru agar mau memanfaatkan dan mengembangkan media pembelajaran yang ” mudah dan murah”, dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di lingkungan sekitarnya serta memunculkan ide dan kreativitas yang dimilikinya.
Menurut Rumampuk (1988:19) bahwa prinsip-prinsip pemilihan media adalah (1) harus diketahui dengan jelas media itu dipilih untuk tujuan apa, (2) pemilihan media harus secara objektif, bukan semata-mata didasarkan atas kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan atau hiburan. Pemilihan media itu benar-benar didasarkan atas pertimbangan untuk meningkatkan efektivitas belajar siswa, (3) tidak ada satu pun media dipakai untuk mencapai semua tujuan. Setiap media memiliki kelebihan dan kelemahan. Untuk menggunakan media dalam kegiatan belajar mengajar hendaknya dipilih secara tepat dengan melihat kelebihan media untuk mencapai tujuan pengajaran tertentu, (4) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan metode mengajar dan materi pengajaran, mengingat media merupakan bagian yang integral dalam proses belajar mengajar, (5) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru hendaknya mengenal ciri-ciri dan masing-masing media, dan (6) pemilihan media hendaknya disesuaikan dengan kondisi fisik lingkungan.
Sedangkan Ibrahim (1991:24) menyatakan beberapa pedoman yang dapat digunakan untuk memilih media pembelajaran, antara lain (1) sebelum memilih media pembelajaran, guru harus menyadari bahwa tidak ada satupun media yang paling baik untuk mencapai semua tujuan. masing-masing media mempunyai kelebihan dan kelemahan. Penggunaan berbagai macam media pembelaiaran yang disusun secara serasi dalam proses belajar mengajar akan mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran, (2) pemilihan media hendaknya dilakukan secara objektif, artinya benar-benar digunakan dengan dasar pertimbangan efektivitas belajar peserta didik, bukan karena kesenangan guru atau sekedar sebagai selingan, (3) pernilihan media hendaknya memperhatikan syarat-syarat (a) sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, (b) ketersediaan bahan media, (c) biaya pengadaan, dan (d) kualitas atau mutu teknik.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran adalah (1) media yang dipilih harus sesuai dengan tujuan dan materi pelajaran, metode mengajar yang digunakan serta karakteristik peserta didik yang belajar (tingkat pengetahuan siswa, bahasa siswa, dan jumlah siswa yang belajar), (2) untuk dapat memilih media dengan tepat, guru harus mengenal ciri-ciri dann kelemahan serta keunggulan dari tiap tiap media pembelajaran, (3) pemilihan media pembelajaran harus berorientasi pada peserta didik yang belajar, artinya pemilihan media untuk meningkatkan efektivitas belajar peserta didik, (4) pemilihan media harus mempertimbangkan biaya pengadaan, ketersediaan bahan media, mutu media, dan lingkungan fisik tempat  peserta didik belajar.
Berdasarkan kesimpulan di atas, dapat diturunkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penggunaan media dalam kegiatan pembelajaran yang dapat dipakai sebagai dasar dalam kegiatan pemilihan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah (1) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (2) karakteristik peserta didik atau sasaran, (3) jenis rangsangan belajar yang diinginkan, (4) keadaan latar atau lingkungan, (5) kondisi setempat, dan (6) luasnya jangkauan yang ingin dilayani (Sadiman 2002:82).

 Jenis-Jenis Media Pembelajaran
Media pembelajaran banyak jenis dan macamnya. Dari yang paling sederhana dan murah hingga yang canggih dan mahal. Ada yang dapat dibuat oleh guru sendiri dan ada yang diproduksi pabrik. Ada yang sudah tersedia di lingkungan untuk langsung dimanfaatkan dan ada yang sengaja dirancang.
Berbagai sudut pandang untuk menggolongkan jenis-jenis media.
Rudy Bretz (1971) menggolongkan media berdasarkan tiga unsur pokok (suara, visual dan gerak), di antaranya: 1.Media audio, 2.Media cetak, 3.Media visual diam, 4. Media visual gerak, 5. Media audio semi gerak, 6. Media visual semi gerak, 7. Media audio visual diam, 8. Media audio visual gerak.
Anderson (1976) menggolongkan menjadi 10 media:
1.      Audio                                    : Kaset audio, siaran radio, CD, telepon
2.      Cetak                                     : Buku pelajaran, modul, brosur, leaflet, gambar
3.      Audio-cetak                          : Kaset audio yang dilengkapi bahan tertulis
4.      Proyeksi visual diam            : Overhead transparansi (OHT), film bingkai (slide)
5.      Proyeksi audio visual dia      : Film bingkai slide bersuara
6.      Visual gerak                          : Film bisu
7.      Audio visual gerak                : Film gerak bersuara, Video/VCD, Televisi
8.      Obyek fisik                            : Benda nyata, model, spesimen
9.      Manusia dan lingkungan       : Guru, pustakawan, laboran
10.    Komputer                              : CAI
Schramm (1985) menggolongkan media berdasarkan kompleksnya suara, yaitu: media kompleks (film, TV, Video/VCD,) dan media sederhana (slide, audio, transparansi, teks). Selain itu menggolongkan media berdasarkan jangkauannya, yaitu media masal (liputannya luas dan serentak / radio, televisi), media kelompok (liputannya seluas ruangan / kaset audio, video, OHP, slide, dll), media individual (untuk perorangan / buku teks, telepon, CAI).
Henrich, dkk menggolongkan media di antaranya: 1. Media yang tidak diproyeksikan, 2. Media yang diproyeksikan, 3. Media audio, 4. Media video, 5. Media berbasis komputer, dan 6. Multi media kit.
Dari segi perkembangan teknologi, media pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi dua kategori luas, yaitu pilihan media tradisional dan pilihan media teknologi mutakhir (Seels & Glasgow dalam Arsyad, 2002:33). Lebih lanjut dijelaskan bahwa pilihan media tradisional dapat dibedakan menjadi (1) visual diam yang diproyeksikan, misal proyeksi opaque (tak tembus pandang), proyeksi overhead, slides, dan filmstrips, (2) visual yang tidak diproyeksikan, misal gambar, poster, foto, charts, grafik, diagram, pemaran, papan info, (3) penyajian multimedia, misal slide plus suara (tape), multi-image, (4) visual dinamis yang diproyeksikan, misal film, televisi, video, (5) cetak, misal buku teks, modul, teks terprogram, workbook, majalah ilmiah/ berkala, lembaran lepas (hand-out), (6) permainan, misal teka-teki, simulasi, permainan papan, dan (7) realia, misal model, specimen (contoh), manipulatif (peta, boneka). Sedangkan pilihan media teknologi mutakhir dibedakan menjadi (1) media berbasis telekomunikasi, misal teleconference,

Masalah-Masalah Guru dalam Penggunaan Media Pembelajaran
            Dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan mensinyalir ada sekitar 70 s.d. 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan teknologi pembelajaran dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gaptek (gagap teknologi). Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, betapa tidak, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
            Menurut Ari Kristianawati (Sinarharapan, 29 April 2008), para guru tidak hanya gagap dalam beradaptasi denagan kemajuan ilmu pengetahuan, mereka juga terjebak dalam kebiasaan menjadi robot kurikulum pendidikan, sehingga prakarsa dan inisiatif para guru untuk belajar menggali metode, bahan ajar dan pola relasi belajar mengajar yang baru sangat minimalis. Rendahnya mutu atau kapabilitas guru di Indonesia, disebabkan pertama, faktor strutural, selama orba guru dijadikan bemper politik Golkar, agen pemenangan melalui Korpri dan PGRI. Kedua, kuatnya politik pendidikan, mengontrol arah dan sistem pendidikan membaut aparat guru seperti robot yang dipenjara melalui tugas-tugas kedinasan yang stagnan. Ketiga, rendahnya tingkat kesejahteraan guru, ini membuat mereka tidak bisa optimal dalam menjalankan fungsi dan tugasnya, dan selalu mengurusi keluarga. Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam pemanfaatan TIK adalah adanya kendala internal, seperti kesibukan jam mengajar diberbagai tempat, maupun kendala eksternal seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihan sendiri. Kendala internal dan eksternal tersebut sebenarnya hanyalah sebuah ”pembenaran” untuk tidak melakukan hal-hal yang dibutuhkan. Artinya, berpatokan pada peribahasa ”dimana ada kemauan di sana ada jalan” kita memang harus mempersiapkan diri menyongsong era baru dalam berkomunikasi dengan berbagai informasi yang ada.
            Masalah yang sering ditemui di lapangan atau di sekolah, mengapa sampai saat ini masih ada guru yang enggan menggunakan media dalam mengajar. Berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diskusi dalam berbagai kesempatan dengan para guru, Sutjiono( 2009), mengungkapkan ada tujuh alasan guru tidak menggunakan media pembelajaran, yaitu: menggunkan media itu repot, media itu canggih dan mahal, tidak bisa, media itu hiburan,  kebiasaan menikmati ceramah, dan kurangnya penghargaan dari atasan).
1.      Menggunakan media itu repot
      Mengajar dengan menggunakan media perlu persiapan. Apalagi kalau media itu semacam OHP, audio visual, vcd, slide projector, atau internet, perlu listrik. Guru sudah sangat repot dengan menulis persiapan mengajar, jadwal pelajaran yang padat, jumlah kelas paralel yang sedikit, masalah keluarga di rumah dan lain-lain. Inilah beberapa alasan yang dikemukan para guru. Padahal, kalau guru mau berpikir dari aspek lain, bahwa dengan media pembelajaran akan lebih efektif, maka tidak ada alasan repot, tetapi akan mendapatkan hasil optimal. Media pembelajaran juga relatif awet, artinya sekali menyiapkan bahan pembelajaran, dapat dipakai beberapa kali penyajian.
2. Media itu canggih dan mahal
      Tidak selalu media itu harus canggih dan mahal. Nilai penting dari sebuah media pembelajaran bukan terletak pada kecanggihannya (apalagi harga yang mahal) Namur pada efektifitas dan efisiensi dalam membantu proses pembelajaran. Banyak media sederhana yang dapat dikembangkan oleh guru dengan harga murah. Kalaupun dibutuhkan media canggih semacam audio visual atau multi media, maka “cost-nya” akan menjadi murah apabila dapat digunakan oleh banyak peserta didik dan beberapa guru.
3.      Tidak bisa
      Demam teknologi ternyata menyerang sebagian guru-guru di Indonesia. Ada beberapa guru yang ”takut” dengan peralatan elektronik, takut terkena setrum, takut korsleting, takut salah pijit, dan sebagainya.

4.   Media itu hiburan (membuat peserta didik main-main, tidak serius)
      Media itu hiburan, sedangkan belajar itu serius. Alasan ini sudah jarang ditemui di sekolah, namun tetap ada. Menurut pendapat orang-orang terdahulu belajar itu harus dengan serius. Belajar itu harus mengerutkan dahi. Media pembelajaran itu identik dengan hiburan. Hiburan itu hal yang berbeda dengan belajar. Tidak mungkin belajar sambil santai. Ini memang pendapat orang-orang zaman dahulu. Paradigma belajar kini sudah berubah, kalau bisa belajar dengan menyenangkan, mengapa harus dengan menderita. Kalau dapat dilakukan dengan mudah, kenapa harus dipersulit.
5.   Tidak tersedia
      Tidak tersedia media pembelajaran di sekolah, mungkin ini adalah alasan yang masuk akal. Tetapi, seorang guru tidak boleh menyerah begitu saja. Ia adalah seorang profesional yang harus kreatif, inovatif, dan banyak inisiatif. Media pembelajaran tidak harus canggih, namun juga dapat dikembangkan sendiri oleh guru. Dalam hal ini pimpinan sekolah hendaknya cepat tanggap. Jangan sampai suasana kelas menjadi gersang, di kelas hanya ada papan tulis dan kapur.
6.   Kebiasan menikmati ceramah atau bicara
      Metode mengajar dengan ceramah adalah hal yang enak. Berbicara itu memang nikmat. Inilah kebiasaan yang sulit dirubah. Seorang guru cenderung mengulang cara-cara gurunya terdahulu. Mengajar dengan mengandalkan verbal lebih mudah, tidak memerlukan persiapan mengajar yang banyak, jadi lebih enak untuk guru, tetapi tidak enak untuk peserta didik. Hal yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran adalah kepentingan siswa yang belajar, bukan kepuasan guru semata.
7.   Kurangnya penghargaan dari atasan
Kurangnya penghargaan dari atasan, mungkin adalah alasan yang masuk akal. Sering terjadi bahwa guru yang mengajar dengan media pembelajaran yang dipersiapkan secara baik, kurang mendapat penghargaan dari pimpinan sekolah atau pimpinan yayasan. Tidak adanya reward bagi guru sering menjadikannya ”malas”. Selama ini tidak ada perbedaan perlakuan bagi guru yang menggunakan media pembelajaran dengan guru yang mengajar dengan tidak menggunakan media pembelajaran (metode ceramah atau bicara saja). Sebetulnya bentuk penghargaan tidak harus bentuk materi, tetapi dapat dengan bentuk pujian atau bentuk lainnya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar