Sabtu, 03 November 2012


Perkuliahan Semantik Pertemuan ke 2
Pengertian semantik dan Hubungan Semantik dengan Ilmu lainnya
Isah Susilawati

Sejarah Perkembangan Semantik
                                Semantik sebagai subdisiplin Linguistik muncul pada abad ke-19. Pada tahun 1825, seorang pakar klasik berkebangsaan Jerman bernama C. Chr.Reisig mengemukakan pendapatnya tentang tata bahasa (grammar). Dia membagi tata bahasa menjadi tiga bagian utama, yaitu (1) semasiologi, ilmu tentang tanda, (2) sintaksis, studi tentang kalimat, dan (3) etimologi, studi tentang asal usul kata, berhubungan dengan perubahan bentuk maupun makna (Pateda, 2001, Chaer, 2002, dan Aminuddin, 2003).
                                Berdasarkan pandangan Reisig ini, perkembangan semantik dapat dibagi atas tiga fase (Pateda, 2001).
1.            Fase pertama meliputi masa setengah abad, termasuk di dalamnya kegiatan Reisig. Fase ini biasa disebut the underground period of semantics.
2.            Fase kedua, awal tahun 1883 (dalam buku Pateda, 2001 disebutkan awal tahun 1880) dimulai dengan munculnya buku karya Michel Breal, seorang berkebangsaan Perancis lewat artikelnya berjudul “Les Lois Intellectuelles du langage”. Pada masa itu, studi semantik lebih banyak berkaitan dengan unsur-unsur di luar bahasa itu sendiri, misalnya bentuk perubahan makna, latar belakang perubahan makna, hubungan perubahan makna dengan logika, psikologi maupun kriteria lainnya. Karya klasik Breal dalam bidang semantik pada akhir abad ke-19 ini adalah Essai de Semantique Science des Significations (1897), yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Semantics:Studi in the Science of Meaning (Pateda 2001 dan Aminuddin, 2003).
3.            Fase ketiga, yakni tiga dekade pertama abab XX merupakan masa pertumbuhan studi tentang makna. Fase ini ditandai dengan pemunculan buku berjudul Meaning and Change of Meaning with Special Reference to the English Language (1931) karya filosof Swedia bernama Gustaf Stern (Pateda, 2001 dan Aminuddin, 2003). Stern dalam kajiannya sudah melakukan studi makna secara empiris dengan bertolak dari satu bahasa, yakni bahasa Inggris (Aminuddin, 2003).

PENGERTIAN SEMANTIK/
Hakikat makna
                Semantik adalah ilmu yang mempelajari makna suatu kata. Kata semantik berasal bahasa Yunani same yang artinya tanda atau lambang (sign). Semantik menitikberatkan pada objek studi yang berkaitan tentang makna.
                Menurut Ferdinand de  Saussure bahwa makna adalah “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah tanda linguistik.
Apabila tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan kata atau leksem, maka berarti makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang dimiliki atau leksem.  Apabila linguistik disamakan dengan morfem, maka makna adalah ‘pengertian’atau ‘konsep’ yang dimiliki morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat.
       Berasal dari bahasa Yunani. Mengandung makna to signify atau memaknai
       Makna menjadi bagian dari bahasa=kajian linguistik
       Bahasa awalnya merupkan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada lambang tertentu
       Lambang-lambang merupakan seperangkat sistem yang memiliki tatanan dan hubungan tertentu,
       Seperangkat lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna tertentu [aminudin:2003,15)
       Semantik: Studi tentang makna

Makna tidak lain daripada sesuatu atau referen yng diacu oleh kata atau leksem. Makna bisa ditentukan setelah dalam bentuk kalimat.
contoh:               
                                                Makananku sudah habis.
Kalimat tersebut bila diucapka oleh seorang anak kepada ibunya bisa saja bermakna meminta makanan tambahan. Tetapi ketika kalimat tersebut diucapkan oleh Dita kepada temannya kalimat tersebut bisa bermakna mengajak beranjak dari tempat makan itu.

                Makna bahasa, khususnya makna kata terpengaruh oleh berbagai konteks. Makna kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa. Dalam konsepsi ini kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.
                Makna kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentuknnya berkait dengan pengetahuan atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena atau peristiwa yang terjdi di luar bahasa.

HUBUNGAN SEMANTIK
DENGAN ILMU-ILMU LAUN
1. Semantik dan Sosiologi
                Semantik berhubungan dengan sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitas kelompok penuturnya.
Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan
identitas kelompok penuturnya.
Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan.
2. Semantik dan Antropologi
                Semantik dianggap berkepentingan dengan antropologi dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa, menalui pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis tentang kehidupan budaya penuturnya
. Contohnya :
                Penggunaan / pemilihan kata ‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat
mencerminkan budaya penuturnya.
Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta.
Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang.
3. Semantik dan Psikologi
                contoh:               
                                Anjing memukul Jeki.
                Pada contoh kalimat di atas, bagi seorang linguis kalimat ini betul secara struktural oleh karena ada subjek, predikat, objek dan kata-kata yang digunakan dan bentuknyan benar. Tetapi bagi seorang  psikolog, dia akan bertanya siapa  yang mengujarkan kalimat ini, bagaimanakah keadaan jiwanya sehingga lahir kalimat seperti itu, atau apakah yang terjadi pada diri orang tersebut sehingga lahir kalimat yang berbunyi seperti itu.
4. Semantik dan Logika
                                Harimau menembak  Joni.
                Bagi seorang pakar bahasa kalimat ini benar, tetapi bagi seorang yang bergerak dalam bidang logika, menyatakan kalimat ini tidak masuk akal. Seharusnya Joni  menembak Harimau.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar