Perkuliahan Semantik Pertemuan ke 2
Pengertian semantik dan Hubungan Semantik dengan Ilmu lainnya
Pengertian semantik dan Hubungan Semantik dengan Ilmu lainnya
Isah Susilawati
Sejarah Perkembangan Semantik
Semantik
sebagai subdisiplin Linguistik muncul pada abad ke-19. Pada tahun 1825,
seorang pakar klasik berkebangsaan Jerman bernama C. Chr.Reisig mengemukakan
pendapatnya tentang tata bahasa (grammar). Dia membagi tata bahasa menjadi tiga
bagian utama, yaitu (1) semasiologi, ilmu tentang tanda, (2) sintaksis, studi
tentang kalimat, dan (3) etimologi, studi tentang asal usul kata, berhubungan
dengan perubahan bentuk maupun makna (Pateda, 2001, Chaer, 2002, dan Aminuddin,
2003).
Berdasarkan
pandangan Reisig ini, perkembangan semantik dapat dibagi atas tiga
fase (Pateda, 2001).
1. Fase
pertama meliputi masa setengah abad, termasuk di dalamnya kegiatan Reisig. Fase
ini biasa disebut the underground period of semantics.
2. Fase
kedua, awal tahun 1883 (dalam buku Pateda, 2001 disebutkan awal tahun 1880)
dimulai dengan munculnya buku karya Michel Breal, seorang berkebangsaan
Perancis lewat artikelnya berjudul “Les Lois Intellectuelles du langage”. Pada
masa itu, studi semantik lebih banyak berkaitan dengan unsur-unsur di luar
bahasa itu sendiri, misalnya bentuk perubahan makna, latar belakang perubahan
makna, hubungan perubahan makna dengan logika, psikologi maupun kriteria
lainnya. Karya klasik Breal dalam bidang semantik pada akhir abad ke-19 ini
adalah Essai de Semantique Science des Significations (1897), yang
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris Semantics:Studi in the Science of Meaning
(Pateda 2001 dan Aminuddin, 2003).
3. Fase
ketiga, yakni tiga dekade pertama abab XX merupakan masa pertumbuhan studi
tentang makna. Fase ini ditandai dengan pemunculan buku berjudul Meaning and
Change of Meaning with Special Reference to the English Language (1931) karya
filosof Swedia bernama Gustaf Stern (Pateda, 2001 dan Aminuddin, 2003). Stern
dalam kajiannya sudah melakukan studi makna secara empiris dengan bertolak dari
satu bahasa, yakni bahasa Inggris (Aminuddin, 2003).
PENGERTIAN SEMANTIK/
Hakikat makna
Hakikat makna
Semantik
adalah ilmu yang mempelajari makna suatu kata. Kata semantik berasal bahasa
Yunani same yang artinya tanda atau lambang (sign). Semantik
menitikberatkan pada objek studi yang berkaitan tentang makna.
Menurut
Ferdinand de Saussure bahwa makna
adalah “pengertian” atau “konsep” yang dimiliki atau terdapat pada sebuah
tanda linguistik.
Apabila tanda linguistik itu disamakan identitasnya dengan
kata atau leksem, maka berarti makna adalah ‘pengertian’ atau ‘konsep’ yang
dimiliki atau leksem. Apabila
linguistik disamakan dengan morfem, maka makna adalah ‘pengertian’atau ‘konsep’
yang dimiliki morfem, baik morfem bebas maupun morfem terikat.
• Berasal
dari bahasa Yunani. Mengandung makna to signify atau memaknai
• Makna
menjadi bagian dari bahasa=kajian linguistik
• Bahasa
awalnya merupkan bunyi-bunyi abstrak yang mengacu pada lambang tertentu
• Lambang-lambang
merupakan seperangkat sistem yang memiliki tatanan dan hubungan tertentu,
• Seperangkat
lambang yang memiliki bentuk dan hubungan itu mengasosiasikan adanya makna
tertentu [aminudin:2003,15)
• Semantik:
Studi tentang makna
Makna tidak lain daripada sesuatu atau referen yng diacu
oleh kata atau leksem. Makna bisa ditentukan setelah dalam bentuk kalimat.
contoh:
Makananku
sudah habis.
Kalimat tersebut bila diucapka oleh seorang anak kepada
ibunya bisa saja bermakna meminta makanan tambahan. Tetapi ketika kalimat
tersebut diucapkan oleh Dita kepada temannya kalimat tersebut bisa bermakna
mengajak beranjak dari tempat makan itu.
Makna
bahasa, khususnya makna kata terpengaruh oleh berbagai konteks. Makna
kata dapat dibangun dalam kaitannya dengan benda atau objek di luar bahasa.
Dalam konsepsi ini kata berperan sebagai label atau pemberi nama pada
benda-benda atau objek-objek yang berada di alam semesta.
Makna
kata juga dapat dibentuk oleh konsepsi atau pembentukan konsepsi yang terjadi
dalam pikiran pengguna bahasa. Proses pembentuknnya berkait dengan pengetahuan
atau persepsi penggunaan bahasa tersebut terhadap fenomena atau peristiwa yang
terjdi di luar bahasa.
HUBUNGAN SEMANTIK
DENGAN ILMU-ILMU LAUN
DENGAN ILMU-ILMU LAUN
1. Semantik dan
Sosiologi
Semantik berhubungan dengan
sosiologi dikarenakan seringnya dijumpai kenyataan bahwa penggunaan kata tertentu
untuk mengatakan sesuatu dapat menandai identitas kelompok penuturnya.
Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan
identitas kelompok penuturnya.
Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan.
Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata ‘cewek’ atau ‘wanita’, akan dapat menunjukkan
identitas kelompok penuturnya.
Kata ‘cewek’ identik dengan kelompok anak muda, sedangkan kata ‘wanita’ terkesan lebih sopan, dan identik dengan kelompok orang tua yang mengedepankan kesopanan.
2. Semantik dan
Antropologi
Semantik dianggap berkepentingan
dengan antropologi dikarenakan analisis makna pada sebuah bahasa, menalui
pilihan kata yang dipakai penuturnya, akan dapat menjanjikan klasifikasi praktis
tentang kehidupan budaya penuturnya
. Contohnya :
. Contohnya :
Penggunaan / pemilihan kata
‘ngelih’ atau ‘lesu’ yang sama-sama berarti ‘lapar’ dapat
mencerminkan budaya penuturnya.
Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta.
Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang.
mencerminkan budaya penuturnya.
Karena kata ‘ngelih’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat Jogjakarta.
Sedangkan kata ‘lesu’ adalah sebutan untuk ‘lapar’ bagi masyarakat daerah Jombang.
3. Semantik dan
Psikologi
contoh:
Anjing
memukul Jeki.
Pada contoh kalimat di atas,
bagi seorang linguis kalimat ini betul secara struktural oleh karena ada
subjek, predikat, objek dan kata-kata yang digunakan dan bentuknyan benar.
Tetapi bagi seorang psikolog, dia akan
bertanya siapa yang mengujarkan kalimat
ini, bagaimanakah keadaan jiwanya sehingga lahir kalimat seperti itu, atau
apakah yang terjadi pada diri orang tersebut sehingga lahir kalimat yang
berbunyi seperti itu.
4. Semantik dan
Logika
Harimau
menembak Joni.
Bagi seorang pakar bahasa
kalimat ini benar, tetapi bagi seorang yang bergerak dalam bidang logika,
menyatakan kalimat ini tidak masuk akal. Seharusnya Joni menembak Harimau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar