Sabtu, 03 November 2012

kumpulan puisi karya alumni MA Binuangeun Angkatan ke 3/ 2010


PUISI-PUISI ALMABIN 2010


INIKAH SAPAMU
Presidenku…
Sepenggal niatmu
Kau mampu berdiri kembali
Di bawah terangnya kata
            Kau ucapkan ikrar tuk kedua kalinya
            Mampukah kau senyumkan rakyatmu
            Dan dapatkah kau kubur tangis
            Dalam menjawab semua harap
Hiasilah setekad niat sucimu
Untuk bangunkan rakyat lemah ini
Jangan kau biarkan insan ini
Akan haus kepedulianmu
            Majulah terus presidenku
            Membangun, membina dan menoleh
            Pada bawahan yang tak mampu
            Bangunkan dalam mimpi nyata
           
                        Karya’ Siti Nurjanah

SAYAP-SAYAP MASYARAKAT
Ketika sang fajar terbangun
Semua insan beradu
Ketika sang mentari berdiri
Semua insan berbanting
Ketika sang mentari tidur kembali
Semua insan masih berboyong kuli
            Setiap hari, setiap waktu
            Aku menginjak di bumi pertiwi
Membanting tulang di ladang harapan
Demi orang yang tersayang
Tapi, semua harapan dan impian
Sirna.... sirna
Terbakar keserakahan tuan
Sungguh, tiada yang peduli
Akan kecilnya kami ini

Karya’ Ita Rosita

KORUPTOR
Hai, kau tikus-tikus berdasi
            Ingatlah!
Aku yang tersisihkan
Menangis, terluka, lapar dan terabaikan
Apa kau tahu?
Sebagian dari tawamu adalah tangisku
Dingin, kesakitan
Kau tak pernah peduli
            Kau hanya berlalu lalang
            Dengan uangku
            Menikmati setiap tetes keringatku

Karya’ Lusianawati
BUMIKU MENANGIS
Langkahku mati
Kala kukenali hari tak lagi tertawa
Jantung ini tak mau lagi berdetak
Saat kulihat berjuta nyawa terhampar tanpa nyawa
Luapan tangis
Membuatku tak berdaya
Senyuman... canda tawa
Kini semuanya telah tiada
Tuhan...
Benarkah ini murka-Mu
Atau hanya sebatas teguran
Tuhan...
Hanya tadahan tangan
Jeritan hati
Serta sujud...
Yang mampu kulakukan
Dan percikan air doa
Abadi dalam mengharap kasih-Mu

Karya’ Tuti Purwati

SANG KORUPTOR
Kau busuk...
Berjalan mengangkat wajah
Mata-mata sembab itu menatap
Memandang jijik padamu
Kau rakus...
Seperti bacin aroma sifatmu
Bersembunyi dalam terang
Tersenyum di depan yang kelaparan
Kau bermuka dua...
Mengulum senyum
Mereka berurai air mata
Mereka terhempas
Kau tertawa melihatnya
Kau dikutuk mereka...
Mata-mata yang sembab oleh air mata
Tangan-tangan yang tengadah
Bibir-bibir kering tanpa senyum
Raut-raut muka yang tak pernah merona
Kaulah koruptor...
           
            Karya’ Siti Nurmaelani

DERMAWAN
Pagi menjelang
Seraut wajah terlentang
Melihat harapan
Yang tak kunjung datang
            Sebekal harapan
            Hanya itu makanan
            Menanti uluran
            Dari dermawan
Namamu harum
Bagai bunga di taman
            Kaulah dermawan
            Yang kami harapkan
Karya’ Abdul Aziz Arrofi


YANG HARUS KAU TAHU
Ketika badai menghadang
Hamparan pasir berhamburan
Amuk ombak...
Menerjang tanah kering
            Akankah kau berpikir
            Teguran telah kau terima
            Tangisan telah kau raakan
            Akankah kau kembali...
            Bersimpuh kepada-Nya
Karya’ Iin Maryati

TANGISKU
Biru lautan
Kini telah sirna
Sejauhnya alam
Tak lagi kurasa
            Di mana hari indah itu
            Biarkan kubersembunyi
            Bersama nyanyian burung
            Inginku jadi sahabatnya
Karya’ Ugi Handayani


KISAH AKHIR SEKOLAH
Kita pernah begitu dkat
Bagai air yang kita minum
Bagai udara yang kita hirup
Bagai api dengan panas

Kita sama-sama berjuang
Sama-sama belajar
Belajar mengisi catatan kehidupan
Karena belajar adalah tugas kita

Perpisahan adalah akhir dari kebersamaan kita
Bukan perpisahan yang aku sesali
Tapi pertemuan yang aku sesali
Namun kita makhluk sosial
Harus berinteraksi dan tak ada yang mesti disesali

Lanjutkan perjalananmu
Raih mimpimu
Bersama masa depan yang lebih cerah
Semoga esok hari kita bisa bersama dan berkumpul kembali.
 Karya’ Sulaeman

PAHLAWAN
Pada waktu tanah air kita diserang penjajah
Engkau  bangkit berdiri tegap dan gagah
Berteriak lantang tak mau menyerah
Enyahlah engkau penjajah
Ini bumiku, bumi ibuku jangan dijamah
Kini, berkat jasamu kita telah merdeka
Menghirup udara bebas dan membangun negeri
Menuntut ilmu untuk  masa depanku
Sebagai bekal mengabdi pada negriku
Meneruskan perjuanganmu
Karya’ Indiansera

PEJUANG BANGSA
Hai... pejuang bangsa
Kau korbankan jiwa dan
Kehormatanmu....
Untuk bangsa
            Jatuh dan bangun
            Siang dan malam
            Kau bertempur di medan perang
Tanpa peduli akan nyawamu hilang
Kau korban dan perjuangkan
Hingga titik darah penghabisan
Demi kehormatan bangsa
Demi kemerdekaan negara
Kau pun gugur
Dengan gagah dan ksatria
            Karya’ Sukarya

TSUNAMI
Tsunami...
Ombak menggelegar
Angin berhembus kencang
Terdengar suara bisikan alam
Tangisan yang sangat dalam
Tsunami...
Namamu indah terdengar
Namamu indah dipandang mata
Namun
Kehadiranmu membawa petaka
Kehadiranmu membawa duka
Duka.. bagi bangsa

            Karya’ Siti Nurlelasari

BUMI MENANGIS
Ketika bumi berguncang
Angin berteriak seram
Ombak tak bersahabat dengan karang di lautan
Melihat bumi tercintaku hancur
Hanya air yang mampu berbicara
            Bunga menabgis...
            Burung berlari....
            Alam bersedih....
Merasakan bumi tercintaku ini hancur
Jiwa yang tak bernyawa
Harta yang sudah tiada
Apakah ini akibat dosa kita semua
Ataukah alam yang tak cinta bumi kita
Ataukah Tuhan yang murka pada kita
            Karya’ Titin Setiawati



TERLAMBAT SEKOLAH
Pukul 07.05.... ”aduh”!
Kubawa langkahku bergegas
Menerobos gerbang sekolah
Sekilas mataku menatap kelas-kelas
            ” ah”...aku terlambat lagi!!!
Kususuri koridor dengan langkah gemetar
Kutapaki tiap anak dengan dada terdesir
Keringat dingin setetes demi setetes
Mengiringi langkahku menyusuri kelas
Detik demi detik berjalan
Menyertai jantungku berdetak keras
Kuketuk pintu kelasku, kuketuk dan kuketuk lagi
            Kutunggu satu detik... dua detik
Pintu terbuka dan suara teman-teman memecah kehingan pagi ”aduh malu”
Tiga menit kedepan kuhabiskan waktuku menit mati
Omelan dan sesalan dari guruku tercinta
Oh… seandainya saja Brazil dan Jerman
Tidak harus tanding tadi malam
Mungkin aku tidak terlambat sekolah
            Karya’ Samsudin



NEGERIKU MENANGIS
Wahai Tuhanku
Harus berapa banyak lagi
Engkau turunkan bencana ini
Siang malam bersuka ria bersama
            Tapi semenjak kedatanganmu wahai bencana
            Suka ria riang bersama tiada lagi terdengar
            Sehingga banyak ceceran air mata yang tiada hentinya
Mungkin ini hanya suatu ujian bagi kita semua
Karena bencana adalah
Takdir dari Sang Maha Kuasa
Maka dari itu banyaklah berdoa
            Karya’ Angga Irawan

BUDAKU MALANG
Kulit kering hitam terpinggir
Asam tubuh tercium keringat menetes
Angin tertiup hati teringat
Lidi terikat debu terangkat
Tenaga terkuras
Budak termenung
Mengapa...????
            Jalan terputus, langkah terhenti
            Menendang ke depan tak sejauh
            Pulau ke sebrang
            Budakku sayang
            Budakku malang
Dari
Jam.. hari... minggu.. bahkan tahun
Kapankah kau datang..???
Hidup budak di negri sebrang
            Karya’ Hasanudin

GEMPA MELANDA
Gempa....
Kenapa kau selalu mengguncangkan dunia ini
Tanpa kesadaran, kesadaran manusia yang tidak berdaya
Gempa...
Manusia berlarian
Menyelamatkan diri
Dari krikil-krikil yang tajam
Gempa... gempa
Duka.... lara
Yang sekarang  Padang rasakan
            Karya’ Tari Nurmalasari

SANG PENGUASA ALAM
Kegigihan Mu
Buktikan niat Mu
Keberhasilan Mu
Lumatkan keraguan Mu
            Engkau makhluk
Alternatif
Hingga kau harus jawab
Kesemuanya
Wahai.... Sang Penguasa alam
Telah kau gariskan perjalanan hidup kami
Namun terkadang kami ingkar pada-Mu
            Karya’ Lisnawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar