PUISI-PUISI ALMABIN 2010
INIKAH SAPAMU
Presidenku…
Sepenggal niatmu
Kau mampu berdiri kembali
Di bawah terangnya kata
Kau
ucapkan ikrar tuk kedua kalinya
Mampukah
kau senyumkan rakyatmu
Dan
dapatkah kau kubur tangis
Dalam
menjawab semua harap
Hiasilah setekad niat sucimu
Untuk bangunkan rakyat lemah ini
Jangan kau biarkan insan ini
Akan haus kepedulianmu
Majulah terus presidenku
Membangun, membina dan
menoleh
Pada bawahan yang tak
mampu
Bangunkan dalam mimpi
nyata
Karya’ Siti Nurjanah
SAYAP-SAYAP MASYARAKAT
Ketika sang fajar terbangun
Semua insan beradu
Ketika sang mentari berdiri
Semua insan berbanting
Ketika sang mentari tidur kembali
Semua insan masih berboyong kuli
Setiap hari, setiap waktu
Aku menginjak di bumi
pertiwi
Membanting tulang di ladang harapan
Demi orang yang tersayang
Tapi, semua harapan dan impian
Sirna.... sirna
Terbakar keserakahan tuan
Sungguh, tiada yang peduli
Akan kecilnya kami ini
Karya’ Ita Rosita
KORUPTOR
Hai, kau tikus-tikus berdasi
Ingatlah!
Aku yang tersisihkan
Menangis, terluka, lapar dan terabaikan
Apa kau tahu?
Sebagian dari tawamu adalah tangisku
Dingin, kesakitan
Kau tak pernah peduli
Kau hanya berlalu lalang
Dengan uangku
Menikmati setiap tetes
keringatku
Karya’ Lusianawati
BUMIKU MENANGIS
Langkahku mati
Kala kukenali hari tak lagi tertawa
Jantung ini tak mau lagi berdetak
Saat kulihat berjuta nyawa terhampar tanpa nyawa
Luapan tangis
Membuatku tak berdaya
Senyuman... canda tawa
Kini semuanya telah tiada
Tuhan...
Benarkah ini murka-Mu
Atau hanya sebatas teguran
Tuhan...
Hanya tadahan tangan
Jeritan hati
Serta sujud...
Yang mampu kulakukan
Dan percikan air doa
Abadi dalam mengharap kasih-Mu
Karya’ Tuti Purwati
SANG KORUPTOR
Kau busuk...
Berjalan mengangkat wajah
Mata-mata sembab itu menatap
Memandang jijik padamu
Kau rakus...
Seperti bacin aroma sifatmu
Bersembunyi dalam terang
Tersenyum di depan yang kelaparan
Kau bermuka dua...
Mengulum senyum
Mereka berurai air mata
Mereka terhempas
Kau tertawa melihatnya
Kau dikutuk mereka...
Mata-mata yang sembab oleh air mata
Tangan-tangan yang tengadah
Bibir-bibir kering tanpa senyum
Raut-raut muka yang tak pernah merona
Kaulah koruptor...
Karya’ Siti Nurmaelani
DERMAWAN
Pagi menjelang
Seraut wajah terlentang
Melihat harapan
Yang tak kunjung datang
Sebekal harapan
Hanya itu makanan
Menanti uluran
Dari dermawan
Namamu harum
Bagai bunga di taman
Kaulah dermawan
Yang kami harapkan
Karya’ Abdul Aziz Arrofi
YANG HARUS KAU TAHU
Ketika badai menghadang
Hamparan pasir berhamburan
Amuk ombak...
Menerjang tanah kering
Akankah kau berpikir
Teguran telah kau terima
Tangisan telah kau raakan
Akankah kau kembali...
Bersimpuh kepada-Nya
Karya’ Iin Maryati
TANGISKU
Biru lautan
Kini telah sirna
Sejauhnya alam
Tak lagi kurasa
Di mana hari indah itu
Biarkan kubersembunyi
Bersama nyanyian burung
Inginku jadi sahabatnya
Karya’ Ugi Handayani
KISAH AKHIR SEKOLAH
Kita pernah begitu dkat
Bagai air yang kita minum
Bagai udara yang kita hirup
Bagai api dengan panas
Kita sama-sama berjuang
Sama-sama belajar
Belajar mengisi catatan kehidupan
Karena belajar adalah tugas kita
Perpisahan adalah akhir dari kebersamaan kita
Bukan perpisahan yang aku sesali
Tapi pertemuan yang aku sesali
Namun kita makhluk sosial
Harus berinteraksi dan tak ada yang mesti disesali
Lanjutkan perjalananmu
Raih mimpimu
Bersama masa depan yang lebih cerah
Semoga esok hari kita bisa bersama dan berkumpul kembali.
Karya’ Sulaeman
PAHLAWAN
Pada waktu tanah air kita diserang penjajah
Engkau bangkit berdiri tegap dan
gagah
Berteriak lantang tak mau menyerah
Enyahlah engkau penjajah
Ini bumiku, bumi ibuku jangan dijamah
Kini, berkat jasamu kita telah merdeka
Menghirup udara bebas dan membangun negeri
Menuntut ilmu untuk masa depanku
Sebagai bekal mengabdi pada negriku
Meneruskan perjuanganmu
Karya’ Indiansera
PEJUANG BANGSA
Hai... pejuang bangsa
Kau korbankan jiwa dan
Kehormatanmu....
Untuk bangsa
Jatuh dan bangun
Siang dan malam
Kau bertempur di medan
perang
Tanpa peduli akan nyawamu hilang
Kau korban dan perjuangkan
Hingga titik darah penghabisan
Demi kehormatan bangsa
Demi kemerdekaan negara
Kau pun gugur
Dengan gagah dan ksatria
Karya’ Sukarya
TSUNAMI
Tsunami...
Ombak menggelegar
Angin berhembus kencang
Terdengar suara bisikan alam
Tangisan yang sangat dalam
Tsunami...
Namamu indah terdengar
Namamu indah dipandang mata
Namun
Kehadiranmu membawa petaka
Kehadiranmu membawa duka
Duka.. bagi bangsa
Karya’ Siti Nurlelasari
BUMI MENANGIS
Ketika bumi berguncang
Angin berteriak seram
Ombak tak bersahabat dengan karang di lautan
Melihat bumi tercintaku hancur
Hanya air yang mampu berbicara
Bunga menabgis...
Burung berlari....
Alam bersedih....
Merasakan bumi tercintaku ini hancur
Jiwa yang tak bernyawa
Harta yang sudah tiada
Apakah ini akibat dosa kita semua
Ataukah alam yang tak cinta bumi kita
Ataukah Tuhan yang murka pada kita
Karya’ Titin Setiawati
TERLAMBAT SEKOLAH
Pukul 07.05.... ”aduh”!
Kubawa langkahku bergegas
Menerobos gerbang sekolah
Sekilas mataku menatap kelas-kelas
” ah”...aku terlambat lagi!!!
Kususuri koridor dengan langkah gemetar
Kutapaki tiap anak dengan dada terdesir
Keringat dingin setetes demi setetes
Mengiringi langkahku menyusuri kelas
Detik demi detik berjalan
Menyertai jantungku berdetak keras
Kuketuk pintu kelasku, kuketuk dan kuketuk lagi
Kutunggu satu detik... dua
detik
Pintu terbuka dan suara teman-teman memecah
kehingan pagi ”aduh malu”
Tiga menit kedepan kuhabiskan waktuku menit mati
Omelan dan sesalan dari guruku tercinta
Oh… seandainya saja Brazil dan Jerman
Tidak harus tanding tadi malam
Mungkin aku tidak terlambat sekolah
Karya’ Samsudin
NEGERIKU MENANGIS
Wahai Tuhanku
Harus berapa banyak lagi
Engkau turunkan bencana ini
Siang malam bersuka ria bersama
Tapi semenjak kedatanganmu
wahai bencana
Suka ria riang bersama
tiada lagi terdengar
Sehingga banyak ceceran
air mata yang tiada hentinya
Mungkin ini hanya suatu ujian bagi kita semua
Karena bencana adalah
Takdir dari Sang Maha Kuasa
Maka dari itu banyaklah berdoa
Karya’ Angga Irawan
BUDAKU MALANG
Kulit kering hitam terpinggir
Asam tubuh tercium keringat menetes
Angin tertiup hati teringat
Lidi terikat debu terangkat
Tenaga terkuras
Budak termenung
Mengapa...????
Jalan terputus, langkah
terhenti
Menendang ke depan tak
sejauh
Pulau ke sebrang
Budakku sayang
Budakku malang
Dari
Jam.. hari... minggu.. bahkan tahun
Kapankah kau datang..???
Hidup budak di negri sebrang
Karya’ Hasanudin
GEMPA MELANDA
Gempa....
Kenapa kau selalu mengguncangkan dunia ini
Tanpa kesadaran, kesadaran manusia yang tidak berdaya
Gempa...
Manusia berlarian
Menyelamatkan diri
Dari krikil-krikil yang tajam
Gempa... gempa
Duka.... lara
Yang sekarang Padang rasakan
Karya’ Tari Nurmalasari
SANG PENGUASA ALAM
Kegigihan Mu
Buktikan niat Mu
Keberhasilan Mu
Lumatkan keraguan Mu
Engkau makhluk
Alternatif
Hingga kau harus jawab
Kesemuanya
Wahai.... Sang Penguasa alam
Telah kau gariskan perjalanan hidup kami
Namun terkadang kami ingkar pada-Mu
Karya’ Lisnawati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar